Muhammad SAW lebih banyak menggunakan harta kekayaannya di jalan Allah, seperti untuk menyantuni fakir miskin dan anak yatim, serta proyek-proyek sosial lainnya. Kebiasaan ini sebenarnya telah dilakukan oleh Muhammad SAW sebelumnya, terutama di bulan Ramadhan. Pada bulan ini, beliau memperbanyak sedekah kepada orang-orang yang membutuhkan.
MUHAMMAD SAW mempunyai keunikan tersendiri mengenai kekayaan. Pada kondisi-kondisi tertentu, beliau menjadi orang 'kaya'.
Dan pada kondisi-kondisi yang lain, menjadi orang 'miskin'. Pada saat-saat tertentu, beliau juga berada pada posisi antara keduanya.
Hal ini tidak terlepas dari figur beliau sebagai teladan yang baik (uswatun hasanah) bagi semua lapisan masyarakat.Beliau pernah menjadi orang kaya agar orang-orang kaya di antara umatnya dapat mencontoh bagaimana Rasulullah SAW berinteraksi dengan harta. Misalnya, bagaimana cara memperoleh harta yang baik, mensyukuri kekayaan dan membelanjakannya di jalan yang benar.Sebaliknya, beliau juga pernah menjadi orang miskin agar dapat menjadi contoh yang baik bagi orang-orang yang kekurangan. Misalnya, bagaimana cara bersabar dan menjaga kehormatan dalam kemiskinan, serta bagaimana keluar dari jeratan kemiskinan dengan cara yang baik pula.Begitu pula halnya ketika beliau berada pada posisi antara kaya dan miskin. Beliau mencontohkan bagaimana hidup bersahaja.
Tidak ada catatan yang lengkap menggambarkan berapa kekayaan yang dimiliki oleh Muhammad SAW, baik ketika sebelum menjadi seorang Rasul maupun dalam masa kenabian.
Di antara informasi tentang kekayaan Muhammad SAW sebelum kenabian adalah jumlah mahar yang dibayarkannya ketika menikahi Khadijah. Konon, Muhammad SAW menyerahkan 20 ekor unta muda sebagai mahar. Menurut satu riwayat, ditambah dengan 12 uqiyah (ons) emas. Suatu jumlah yang sangat besar apabila dikonversi ke mata uang kita sekarang.
Hal ini berarti Muhammad SAW telah memiliki kekayaan yang cukup besar kertika beliau akan menikahi Khadijah. Kekayaan itu semakin bertambah setelah menikah, karena harta beliau digabung dengan harta Khadijah dan terus dikembangkan melalui perdagangan.
Demikian pula, tidak banyak catatan yang ditemukan tentang apa yang terjadi terhadap kekayaan Muhammad SAW yang telah dihasilkan sebelum menjadi seorang Rasul. Setelah menjadi seorang Rasul, Muhammad SAW lebih sibuk berdakwah daripada mengurusi perdagangan.
Dalam beberapa riwayat, disebutkan bahwa beliau tidak menyimpan kekayaan di rumah beliau. Menurut satu riwayat, barang-barang yang ditemui di rumah
Muhammad SAW hanya beberapa peralatan masak dan tikar untuk alas tidur.
Muhammad SAW lebih banyak menggunakan harta kekayaannya di jalan Allah, seperti untuk menyantuni fakir miskin dan anak yatim, serta proyek-proyek sosial lainnya. Kebiasaan ini sebenarnya telah dilakukan oleh Muhammad SAW sebelumnya, terutama di bulan Ramadhan. Pada bulan ini, beliau memperbanyak sedekah kepada orang-orang yang membutuhkan.
Suatu ketika, datang seseorang kepada beliau untuk meminta sesuatu, oleh beliau diberilah orang itu kambing yang banyak. Saking banyaknya, sampai memenuhi jalan antara dua bukit. Lalu orang itu kembali kepada kaumnya dan berkata, "Masuk Islamlah kamu sekalian, sesungguhnya Muhammad bila memberi, dia seperti orang yang tidak takut miskin."Muhammad SAW juga pernah menerima 90.000 dirham, kemudian uang itu diletakkanya di atas tikar, lalu uang itu beliau bagi-bagikan kepada orang banyak, dan beliau tidak menolak permintaan siapa pun yang meminta sampai uang itu habis.
Ketika kembali dari Perang Hunaiin, beliau disodori uang hasil rampasan perang. Beliau berkata, "Letakkanlah uang itu di masjid." Dan jumlah uang itu yang terbanyak yang pernah diterimanya. Kemudian beliau shalat di masjid itu, tanpa menoleh kepada uang tadi. Ketika beliau selesai shalat, beliau duduk di dekat uang itu dan memberikannya kepada setiap orang yang memintanya. Kemudian baru beliau berdiri setelah uang itu habis.
Di samping dari ghanimah, sebagian harta yang dimiliki oleh Muhammad SAW berasal dari hadiah. Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa salah satu ciri seorang Nabi dan Rasul adalah menerima hadiah, tetapi tidak menerima sedekah.
Diceritakan bahwa ciri-ciri ini juga dipercaya oleh para pendeta Nashrani klasik. Alkisah, Salman Al-Farisi sebelum masuk Islam melakukan perjalanan yang panjang dalam rangka menemukan keislamannya. Salman tinggal dari satu pendeta Nashrani ke pendeta berikutnya. Sampai kemudian, pendeta terakhir yang ditumpanginya menyuruhnya mencari seseorang yang memiliki ciri-ciri kenabian. Di antara ciri kenabian itu adalah dia tidak menerima sedekah, tetapi mau menerima hadiah.
Setelah bertemu dengan Muhammad SAW, Salman memberi sesuatu yang dikatakannya sebagai sedekah. Muhammad SAW memberikan sedekah tersebut kepada para sahabat yang ada bersamanya waktu itu.Kemudian Salman memberikan sesuatu yang lain dan mengatakannya sebagai hadiah. Lalu Muhammad SAW pun menerimanya. Salman kemudian meyakini bahwa Muhammad SAW benar-benar seorang utusan Allah SWT.
Menjelang wafatnya, harta yang dimiliki Muhammad SAW semakin habis. Sepertinya Muhammad SAW berusaha agar ketika beliau wafat tidak ada lagi harta yang dimilikinya dan beliau tidak mempunyai utang.Diceritakan oleh Husain Haikal (2002), di hari-hari sakit yang membawa kepada wafatnya, Muhammad SAW memiliki harta tujuh dinar. Karena kawatir ketika meninggal harta itu masih di tangannya, maka dimintanya supaya uangnya itu disedekahkan. Tetapi karena kesibukan keluarganya merawat dan mengurus selama sakitnya dan penyakit yang masih terus bertambah, mereka lupa melaksanakan perintahnya itu.
Di hari Ahad sebelum hari wafatnya (Senin), beliau sadar kembali dari pingsannya dan bertanya kepada mereka, "Apa yang kamu lakukan dengan (dinar) itu?" Aisyah menjawab bahwa dinar itu masih ada di tangannya.
Kemudian dimintanya supaya dibawakan. Ketika uang itu sudah diletakkan di tangannya, Muhammad SAW berkata, "Bagaimana jawab Muhammad kepada Tuhan, sekiranya ia menghadapNya sedang ini masih di tangannya?" Kemudian semua uang dinar itu disedekahkan kepada fakir miskin di kalangan muslim.
Muhammad SAW meninggal dunia dengan tidak meninggalkan kekayaan duniawi kepada siapa pun. Ia pergi melepaskan dunia ini seperti ketika ia datang. Sebagai peninggalan, ia mewariskan Al-Qur'an dan sunnahnya akan dijadikan pedoman bagi umat manusia.
Ya, ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta terhukum. Harta itu kurang apabila dibelanjakan, tapi ilmu bertambah bila dibelanjakan. (Ali bin Abi Talib)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar