Selasa, 14 Januari 2014

SELF LEADERSHIP Dan SELF DEVELOPMENT

 PROPHETIC LEADERSHIP
SELF LEADERSHIP Dan SELF DEVELOPMENT
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Alhamdulillahirobbil‘alamin, segala puji kami haturkan kehadirat Allah SWT yang selalu senantiasa melimpahkan Rahmat dan Taufik-Nya kepada kita semua, sehingga kita masih diberikan kesempatan dan kesehatan untuk menikmati kehidupan didalam dunia ini dengan nikmat Iman dan nikmat Islam yang kita rasakan sampai saat ini.
Shalawat serta salam tetap kita curahkan kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing kita semua menuju jalan yang penuh dengan cahaya kebenaran.
Makalah ini tidak akan terselesaikan manakala tidak ada dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya kami haturkan terimakasih kepada  Ustadz Ulil Multazam M.Pd.I yang telah membimbing kami dalam penulisan ini, yang sekaligus Dosen pembimbing mata kuliah ini yang turut serta mendukung, mengarahkan serta memotivasi dalam menyelasaikan makalah ini.
Makalah ini tidak lain hanyalah sekelumit uraian seputar Pembentukan Pribadi Pemimpin yang masih jauh dari harapan sebagai sebuah maha karya yang ideal. Untuk itu saran dan masukan dari para pembaca yang haus ilmu senantiasa kami harapkan terutama dari dosen pembimbing mata kuliah Prophertic Leadership. Meski demikian, semoga tulisan yang singkat ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Wallahu A’lam bi Ash Shawab.
BAB I
Pendahuluan
Kesuksesan memimpin suatu organisasi atau masyarakat tidak dapat terjadi begitu saja tampa memiliki kemampuan dan memimpin diri sendiri, Carol A. Connor dalam bukunya leadership in A Week mengungkapkan bahwa pemahaman diri bagi seorang pemimpin  bisa dijadikan dasar untuk memperbaiki kinerja ataupun meningkatkan kepercayaan diri dan pemahamanya terhadap orang lain[1]. Sebuah ungkapan mengatakan “ Anda tidak akan mampu memimpin orang lain jika anda tidak dapat memimpin diri sendiri” covey mengatakan bahwa dengan kepemimpinan diri yang baik akan menjadi proaktif,inisiatif,aktif serta lebih lebih bertanggung jawab terhadap hidupnya[2].
Jadi dari kedua pendapat diatas mengambarkan bahwa kemampuan memimpin pribadi akan memberikan feadback pada bawahanya dalam kontek kepemimpinanya dimana arti dari kepemimpinan itu adalah pengaruh antarpribadi yang dijalankan dalam situasi tertentu yang diarahkan dalam proses komonikasi[3]. Namun apabila diri pribadi sebagai penggerak tidak dapat memimpin pribadi bagaimana dengan anggotanya.Tentu keadaan seperti ini akan berpengaruh terhadap kinerja antar pribadi dalam suatu kelompok.
Kesuksesan kepemimpinan Nabi Muhammad  SAW dari berbagai bidang itu tidak terlepas dari kemampuanya dalam memimpin dirinya sediri, pada kesempatan ini pemekalah akan membahas beberapa dari gambaran tentang pribadi kepemimpinan Rasulullah SAW (pembentukan pribadi Rasulullah, pentingnya self leadership, self dicipline, hubungan self leadership & organizational leadership, self leader & stress menengement) yang memberikan teladan dalam self leadership.
BAB II
Pembahasan
A .Pembentukan Self Leadership  
Muhammad SAW adalah seorang putra dari Abdullah dan Aminah ia dilahirkan dalam keadaan yatim namun beliu masih beruntung mempuyai seorang ibu  yang peduli dan sayang padan-Nya untuk mendapatkan pendidikan berbahasa yang fasih dan terbebas dari debu metropolis mekkah, mereka menitipkan anaknya kepada Halimah untuk diasuh di perkampungan yang relatif bersih yaitu jauh dari pengaruh jahat kota.
Halimah menilai pertumbuhan Muhammad SAW berbeda dengan anak-anak yang lainya.Muhammad SAW sudah dapat berbicara dengan baik dan jelas sebelum beliu mencapai usia 9 bulan dan beliu sudah menunjukkan sifat kedewasaanya yaitu menjauhi yang kotor,tidak suka menangis kecuali dibiarkan telanjang hingga dilihat oleh orang, kebiasaan diwaktu kecil terbawa hingga dewsa seperti merenung,menyendiri tidak terlalu suka pada keramaian dll.
Setelah Halimah merasa cukup untuk menyapih-Nya,dia mengembalikanya kepada Aminah namun Ibunda Rasulullah SAW tidak menyetujuinya peryataan Halimah karna Muhammad masih belum mampu untuk menghidupi suasana kota lalu Halaimah tidak panjang lebar untuk membawanya kembali, Muhammad SAW mulai bergaul dengan temanya di alam bebas sambil belajar mengembalakan kambing.
Pendidikan kepemimpinan Rasulullah SAW mulai sejak ia diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib yang sudah mencapai umur 80 tahun.Walaupun demikian ia turun tangan untuk mengasuhnya dan besar perhatianya pada Muhammad, hubungan dengan kakeknya tidak berlangsung lama. Kakeknya meninggal setelah dua tahun Aminah meninggal atau 8 tahun sesudah kegagalan pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah. Lantas beliau menitipkan Muhammad pada Abu Thalib yang merupakan paman beliau..
Selama hidup dengan Abu Thalib Muhammad berusaha tidak memberatkannya. Beliau berusaha meringankan beban pamannya dengan  memelihara kambing naik turun bukit di sekitar kota mekkah menginjak usia 12 tahun. Muhammad menyertai pamanya untuk berdagang ke suriah , Abu Thalib tidak berniat mengajaknya karna medan yang ia lalui sangat sulit melewati padang pasir. Namun Muhammad bersikeras untuk ikut. Hingga beliu mempuyai pengalaman  perdagangan keluar kota mekkah seiring bertambahya usia yang sudah beranjak dewasa, ia ikut zubair beliu merupakan adik dari Abu Thalib ia banyak terlibat demgan pergaulan umum di mekkah maupun di luar kota mekkah akan tetapi beliu tidak terlarut dalam pola kehidupan umum seperti perjudian atau minuman keras.
Muhammad dikenal pemuda yang jujur dan teguh memegang janji,sehingga jika  ada orang  yang ingin menitipkan uang ia mencari Muhammad dan beliu mengorbankan kepentingan pribadi hanya untuk menepati janji tidak heran jika semua penulis mengatakan pemuda ini mendapat gelar Al Aminorang yang terpercaya dari penduduk mekkah.
B .Pentingnya Self Leadership
Kelirunya pemaknaan terhadap kepemimpinan yang kita ketahui yaitu suatu jabatan atau kedudukan,padahal ada hal yang terpenting kaitanya dengan kepemimpinan diri sendiri sebagaimana Nabi Muhammad bersabda bahwa setiap diri kita adalah pemimpin. mengapa demikian? sebab dengan adanya kepemimpinan diri kita pribadi supaya kita tidak gagal menjalani hidup. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa esensinya manusia dilahirkan ke muka bumi ini untuk memimpin baik diri kita, keluarga kita maupun tataran Negara pada umumnya.
   Sebagaimana Allah berfirman yang artinya sebagai berikut Q.S Al-baqarah ayat ke 30:
 Dan ingatlah ketika Tuhan-Mu berfirman kepada para malaikat”Hendak aku menjadikan khalifah dimuka bumi.
       Dan Nabi juga menegaskan melalui Hadistnya yang artinya sebagai berikut:
     Masing-masing kalian adalah pemimpin,dan masing-masing bertanggung jawab atas kepemimpinanya.
 Bagaimana kondisi kepemimpinan yang kita rasakan  pada era global ini? sebagaimana yang kita lihat pada era global ini bahwa pada akhir-akhir ini bangsa kita kehilangan arah hingga tidak tahu siapa yang dapat dijadikan panutan, dengan maraknya para koruptor atau pembagunan kekuasaan dengan basis yang rapuh. Ketika rakyat tahu apa yang sesungguhnya terjadi maka munculah perlawanan seperti reformasi 1998 dan membuat kondisi yang tidak harmonis atau tidak damai dalam bangsa. Apakah ini merupakan krisisnya suatu teori leadership? Sudah cukup banyak buku-buku tentang kepemimpinan yang tersebar keseluruh penjuru dunia yang menawarkan berbagai cara terbaik menjadi pemimpin, pada kenyataanya belum mampu menerjemahkan teori kepemimpinanya untuk diaktualisasikan dalam kehidupan nyata. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Safi’i antonio dalam bukunya Leadership & Menegement Spectrum Nabi Muhammad SAWbahwa krisisnya keberanian dalam mewujudkan pengetahuan tersebut ke dalam bentuk nyata. Dimana keberanian ini merupakan suatu konsekuensi dari kesadaran seseorang. Kesadaran merupakan prasyarat bagi pengembagan kompetensi dalam memimpin orang lain, maka perlu memahami tingkat kesadaran yang mendalam pada indentitas diri. Pada intinya self leadership yaitu kemampuan diri dalam  mengendalikan hawa nafsu dimana melawan hawa nafsu ini yaitu dapat mengkordinasikan niat, pikiran dan prilaku, agar nafsu ini disalurkan sebagaimana mestinya.
  
C . Self Leadership & Self Dicipline
Self Leadership merupakan dasar dari segala bentuk kepemimpinan. Self leadership yang berarti self dicipline merupakan aktifitas yang paling berat karena berkaitan dengan diri sendiri dan tidak melibatkan orang lain. Lain halnya dengan kepemimpinan organisasi atau team dimana kita dapat dikoreksi apabila kita berbuat salah.
Disamping itu dalam memimpin diri sendiri seringkali melakukan self exuse (memaafkan diri sendiri) kalau melakukan salah jarang kita melakukan self punishment, ketika kita memimpin orang lain akan lebih mudah memberikan sanksi pada bawahanya kalau ia melakukan kesalahan.
D .Hubungan  Self Leadership & Organizational Leadership
Jika anda tidak dapat memimpin diri anda dengan baik, maka orang lain akan melakukanya. Kata Jagdish salah satu alumni Harvad Businnes School dan penulis buku manging your self 1991. Jika seseorang tidak dapat memimpin diri sendiri dengan baik, maka ia tidak akan memimpin orang lain dengan efektif.
Memimpin diri sendiri berarti mengembangkan kemampuan dan proses untuk mengalami tingkat pengenalan diri yang lebih tinggi, melebihi ego reaktif. Hal ini akan memfasilitasi perjalanan dari batas batas rektif ke keberanian untuk proaktif pada akhirnya membawa kepada kesadaran kreatif (suatu sintesa dari kecerdasan intelektual, intuitif, dan emosi).
E .Self Leadership & Stress Management
   Salah satu mamfaat dari self leadership yang efektif adalah munculnya keberanian dalam arti luas yang berarti berani untuk memiliki mimpi yang bersifat besar  dan berani melangkah untuk menghadapi segala  resiko yang akan menghadang, salah satu rahasia munculnya keberanian yaitu dengan mengelola dinamika batin serta meredam dari takut kalah atau kehilangan.
Menurut Robbin stres adalah kondisi dinamis dimana seseorang dihadapkan pada peluang,tuntutan, atau sumber daya  yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu tersebut dan hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. menurut michael, stres merupakan suatu respon adaptif, dimoderasi oleh perbedaan individu yang merupakan konsekwensi dai setiap tindakan, situasi, peristiwa dan yang menempatkan tuntutan khusus terhadap seseorang.[1]
 Banyak eksekutif yang percaya bahwa stress is beautiful. Menurut mereka stress sampai batas-batas tertentu akan mendorong untuk meningkatkan kinerja. Lebih dari itu mereka mengatakan  seharusnya kita tidak boleh puas dengan kinerja telah diraih karena kepuasan akan memperlemah semangat untuk melakukan lebih  baik lagi. Ada orang yang yang mengamalkan perinsip untuk menjadi orang sukses” Bekerja keras setiap hari untuk mencapai target-target yang telah ditetapkan sendiri atau perusahaan” Namun perinsip seperti ini lambat laun akan merasakan kelelahan baik fisiologis maupun psikilogis.
Sebenarnya ada missing link antara keberhasilan dan kebahagiaan, yaitu hilangnya kesadaran akan seseorang. Oleh karena itu sangat penting memahami dan mempelajari bagaimana mengelola dan memimipin dinamika batin seseorang, diri sendiri untuk mencapai puncak kinerja berkelanjutan dan kepuasan batin terus menerus. Seringkali orang mencapai kinerja puncak, tetapi sebagian besar diperoleh dengan memendam rasa takut kalah atau kehilangan (takut kehilangan apa yang telah dicapai sekarang dan apa yang dicapai dimasa yang akan datang).
Hal ini sangat penting karena dari leadership adalah mengenali, menemukan, dan mengidentifikasi diri yang sesungguhnya. Leadership adalah bagaimana orang mempuyai kebiasaan proaktif dan kreatif, pada keyataanya kita bersifat reaktif, sebab mengidentifikasi diri kita pribaadi yaitu tubuh, pikiran dan emosi yang disebut identitas ego. Agar tidak mengalami titik kejenuhan apa yang kita telah tercapai dan tidak merasa takut untuk bertindak lebih baik, maka perlu memposisikan kesadaran dan pengalaman kedalam batin.
Cara praktisnya yaitu dengan cara meditasi atau yoga. Dalam islam, hal ini dapat dilakukan dengan dzikir, dzikir asmaul husna, shalat dan tafakkur dan puasa cara, seperti ini akan menemukan diri yang seutuhnya,yang dapat menenangkan emosi diri,dan sebagainya. Latihan seperti ini tidak hanya merileksasikan tapi menimbulkan perasaan positif dan senang. Dengan cara ini seseorang akan memfungsikan diri yang riang dan proaktif melalui ego bukan ego yang reaktif.
 Kesimpulan
Jadi kepemimpinan dimulai dari lingkungan yang terkecil yaitu diri sendiri karna dengan memimpinan  diri  sendiri adalah sebagai kunci keberhasilan memimpin orang lain. Muhammad SAW memberikan teladan  dan tuntunan dalam memimpin diri sendiri. Kesuksesan memimpoin diri sendiri mampu mengatasi berbagai rintangan. Dalam memimpin diri sendiri akan membuka jalan bagi kesuksesan dalam kepemimpinan-kepemimpinan yang melibatkan orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar