Minggu, 02 Februari 2014

TERUS BELAJAR, TERUS BERKEMBANG

Terus Belajar, Terus Berkembang

TERUS BELAJAR, TERUS BERKEMBANG

Saat kuliah, saya punya tempat breakfast langganan. Saya yang sangat hati-hati dalam memilih makanan baru, saat itu tergiur untuk mencoba pertama kali karena tempat tersebut adalah tempat yang paling ramai di antara yang lainnya. Ramainya tempat tersebut memberikan keyakinan kepada saya kalau tempat tersebut mempunyai menu yang layak untuk dicoba.
Setelah mencoba, saya akui kalau makanan di tempat ini enak dan patut untuk saya rekomendasikan. Setelah berkali-kali saya ke tempat ini, saya mencoba untuk lebih dekat dengan pedagang sekaligus pemiliknya, saya mulai dekat dan akhirnya senantiasa berdialog lebih ketika saya datang ke tempat ini.
Sampai suatu saat saya bertanya kepada si pemilik, “Pak, tidak ada rencana membuka kaki lima tempat lain?” Tanya saya
“Wah, udah cukup dek, udah bisa hidup lumayan dengan seperti ini” Jawab si pemilik
Saya cukup sedih mendengar jawaban dia. Sudah puas dengan kondisi yang sudah dia capai itulah intinya. Saya sempat beberapa kali mengajak dia untuk hadir di acara-acara entrepreneurship yang perusahaan kami adakan dia pun tidak pernah datang dengan alasan yang bermacam-macam seperti lupa, sibuk, dan sebagainya.
Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada beliau, harus saya sampaikan kalau cepat puas adalah penyakit yang tidak boleh kita biarkan ada pada diri kita. Kita dan bisnis kita harus terus berkembang dari hari ke hari. Sebuah prinsip penting yang akan membawa kita menjadi pengusaha yang sesukses-suksesnya.
Prinsip terus berkembang ini harus senantiasa kita pupuk dalam diri kita baik kita yang sudah berbisnis maupun yang baru akan berbisnis. Dan prinsip itu akan didukung oleh aktivitas kita yang senantiasa belajar dan mempelajari ilmu-ilmu dan wawasan baru tentang dunia bisnis.
“Stay Hungry, Stay Foolish”
Semoga kita terhindar dari penyakit cepat puas. Dan senantiasa terus berkembang sampai semampu kita dan akhir hayat kita nanti. Seperti yang pernah disampaikan salah satu pengusaha sukses di dunia yakni Steve Jobs“Stay Hungry, Stay Foolish”. Tetaplah merasa kurang dan bodoh agar diri kita senantiasa ingin berkembang dari hari ke hari.
Bagaimana pembaca? Jika Anda punya pendapat tentang penyakit cepat puas ini, Anda juga bisa berpendapat melalui fitur komentar di bawah ini.

CIPUTRA : PATAHKAN KEMELARATAN DENGAN ENTREPRENEUR

Ciputra : Patahkan Kemelaratan Dengan Entrepreneur

CIPUTRA : PATAHKAN KEMELARATAN DENGAN ENTREPRENEUR

Salah satu tokoh entrepreneur yang bisa kita teladani adalah Ir. Ciputra. Tekad kuat yang dimilikinya hendaknya senantiasa di teladani oleh generasi kita saat ini. Ir. Ciputra Lahir di Parigi pada tanggal 24 Agustus 1931 dan dibesarkan di sebuah desa bernama Bumbulan. Bumbulan terletak 150 km dari kota Gorontalo.
Semasa kanak-kanak, keluarga Ir. Ciputra memiliki rumah sekaligus toko kelontong. Kehidupan masa kecil beliau adalah kehidupan seorang anak desa yang bahagia sampai terjadi sebuah tragedi di tengah keluarga beliau.
Ketika beliau berusia 12 tahun, sang ayah tercinta ditangkap dan dipenjarakan tentara penjajah dengan sebuah tuduhan palsu menjadi mata-mata Belanda. Tidak lama kemudian sang ayah wafat di dalam penjara, di Manado. Ir. Ciputra bukan hanya kehilangan sang ayah, toko kelontong yang dimiliki keluarga nya juga ditutup oleh Jepang. Kemudian, beliau dengan keluarganya pindah ke desa kecil Pepaya, 7 km dari Bumbulan. Beliau jadi anak yatim, keluarga beliau berubah menjadi miskin. Bahkan, sampai hari ini, beliau tidak tahu di mana makam sang ayah.
 “Kemelaratan bisa dipatahkan dengan menggunakan kecakapan kewirausahaan atau entrepreneurship. Kesejahteraan akan tercipta apabila kita sanggup mengubah‘kotoran’ dan ‘rongsokan’ menjadi emas. Inilah intisari kecakapan entrepreneurship. Hidup saya saat ini membuktikan itu”
Pada masa di SD beliau biasa berjalan kaki ke sekolah yang jaraknya 7 km. Pulang pergi menjadi 14 km. Pagi-pagi benar, sebelum berangkat ke sekolah beliau harus mengatur makanan bagi semua ternaknya. Beliau mengalami banyak kesulitan dan hambatan namun itu bukan menjadi alasan untuk tidak berprestasi. Kepahitan masa kecil telah menimbulkan tekad dan keputusan penting yaitu memiliki cita-cita bersekolah di Pulau Jawa demi hari depan yang lebih baik, bebas dari kemiskinan dan kemelaratan.
Dalam bukunya Quantum LeapIr. Ciputra mengungkapkan bahwa, “Kemelaratan bisa dipatahkan dengan menggunakan kecakapan kewirausahaan atau entrepreneurship. Kesejahteraan akan tercipta apabila kita sanggup mengubah ‘kotoran’ dan ‘rongsokan’ menjadi emas. Inilah intisari kecakapan entrepreneurship. Hidup saya saat ini membuktikan itu”
Hari ini, kita jelas bisa menyaksikan  buktinya. Lulusan ITB ini mengembangkan banyak kawasan baru di beberapa wilayah. Banyak kawasan elit yang dibangunnya berasal dari kawasan kumuh dan kotor. Ia pernah mengubah kawasan ancol yang kumuh menjadi salah satu dari 5 kawasan wisata terbesar di dunia. Dengan jumlah pengunjung mencapai 13 juta per tahun, dan hanya kalah oleh Disneyland danDisney World. Ia juga telah mengubah kawasan kumuh di Jakarta dan Surabaya menjadi hunian elit.
Setidaknya ia telah membangun lebih dari 100.000 rumah, memegang 100 proyek besar seperti gedung perkantoran, mall, rumah sakit, hotel dengan total membangun 14.000 ruang kerja.
Dan sekarang pertanyaan kita sekarang adalah masihkah kita mengeluh dengan keadaan kita dengan berbagai kekuarang yang kita miliki sekarang? Mampukah kita, generasi saat ini, menyamai atau melampaui pencapaian beliau? Mari buktikan dengan Action kita! Terus semangat menjadi pengusaha sukses kawan!
*tulisan ini merupakan salah satu bagian dari review buku “No Excuse!” karangan Isa Alamsyah

BANGUN BISNIS, BANGUN NILAI

Bangun Bisnis, Bangun Nilai

BANGUN BISNIS, BANGUN NILAI

Ngomongin bisnis, kita ngomongin nilai. Nilai itu adalah apa yang akan kita berikan kepada target konsumen kita. Nilai bisa berupa produk dan atau jasa dan atau sejenisnya. Nilai yang kita berikan itulah yang mampu membuat target konsumen kita mau membayar kita. Maicih punya produk berupa keripik. Konsumennya membayar atas keripik yang diberikan Maicih. Lion Air punya jasa penerbangan kepada konsumennya. Konsumennya membayar atas penerbangan yang Lion Air berikan kepada mereka. Pertanyaan kita sekarang adalah apa nilai yang akan bisnis kita berikan kepada target konsumen kita sekarang dan mungkin nanti?
Saya tidak tahu pasti apakah ini berlaku alami pada semuanya, namun kegagalan membangun nilai merupakan salah satu faktor besar dari kebanyakan konsultasi bisnis gagal yang saya hadapi. Kali ini, dalam topik ini, saya akan memberikan beberapa alternatif jenis nilai yang bisa kita kembangkan. Namun, perlu diingat bahwa ini hanya beberapa alternatif. Alternatif artinya kita bisa menggunakan ini untuk menjadi pilihan atas nilai yang kamu akan berikan ke konsumen kamu atau menjadi batu loncatan atas ide cemerlang kamu atas nilai yang akan kamu berikan
Nilai itu bisa bersifat baru
Pada tahun 2005, tepatnya tanggal 26 Agustus silam, seorang anak muda bernama Alex Tew yang saat itu berusia 21 tahun merilis sebuah situs yang dinamai milliondollarhomepage.com. Situs ini di dalamnya khusus membuat iklan yang dibentuk menjadi pixel-pixel kecil berukuran 10×10 pixel yang total halaman utamanya berukuran 1000×1000 pixel. Kala itu iklan di situs relatif bersifat iklan banner. Konsep pixel yang diluncurkan oleh Alex Tew sungguh sangat rentan tak diterima pasar. Namun, ide dan nilai baru yang diberikan ini dijawab oleh Alex Tew dengan berbagai strategi pengembangan yang ia terapkan. Tiga hari dirilis, milliondollarhomepage.com mendapat konsumen pertama, yaitu sebuah situs music online yang dikelola oleh salah seorang teman Alex. Teman Alex tersebut membeli ruang iklan sebanyak 400 pixel, Alex pun memperoleh pendapatan perdana sejumlah 400 dolar AS.
Awal yang baik ternyata tidak selamanya menjamin kelancaran bisnis situs iklan Ales. Penjualan pixel-nya berjalan lambat karena metode pemasarannya lebih banyak dari mulut ke mulut. Menghadapi kondisi ini Alex tak patah arang. Ia terus berusaha menjual pixel-nya. Situsnya sedikit demi sedikit mulai diminati beberapa perusahaan untuk beriklan. Pelan tetapi pasti, pixel-pixel-nya mulai banyak terjual.
“Alex menciptakan nilai baru, mengelolahnya dan kemudian menjelma menjadi bisnis yang brilian”
Hanya dalam waktu lima bulan saja, milliondollarhomepage.com berhasil mencetak pemasukan kotor mencapai 1.037.100 dolar AS. Setelah dipotong biaya pajak dan beberapa sumbangan untuk badan amal, Alex Tew mendapat pemasukan bersih sekitar 650 ribu-700ribu dolar AS dari bisnis ide dan nilai baru yang brilian ini.
Nah itu sedikit nilai baru dari seorang Alex Tew. Alex menciptakan nilai baru, mengelolahnya dan kemudian menjelma menjadi bisnis yang brilian. Dari Alex Tew, saya ingin berpindah tentang ide brilian dari seorang anak muda asal yang bernama
Nilai itu bisa berasal dari yang lebih murah
Menawarkan nilai yang sama namun dengan harga yang lebih murah sering dilakukan oleh para pengusaha, baik pengusaha baru maupun pengusaha yang sudah besar.
Adalah seorang pria bernama Henry Ford yang bisa menjadi inspirator bagi kita dalam bab ini. Pencipta mobil pertama di Amerika ini dikenal sebagai pelopor industri massal yang membuat ongkos produksi dan harga jual mobil bisa lebih murah. Dan ia berhasil mewujudkannya.
Pada tahun 1908 ia berhasil menciptakan sebuah kendaraan murah dan mudah dikendarai. Harganya US$ 825 dan ia selalu menekan harga setiap tahun sehingga penjualannya selalu meningkat. Hasilnya, tahun 1914 mobilnya berhasil terjual 250.000 unit. Dua tahun kemudian, ia berhasil menjual mobil hasil produksinya dengan harga US$ 360. Timpangnya harga mobilnya dengan mobil produksi perusahaan lain membuat pada tahun 1920-an hamper semua pengemdara mobil di Amerika menggunakan kendaraan hasil produksinya.
“Pada tahun 1927, total produksi mobilnya sudah mencapai 15.007.034 unit dan rekor penjualan ini bertahan sampai 45 tahun.”
Dari Henry Ford, kita berpindah ke sebuah perusahaan maskapai penerbangan Southwest Airlines. Maskapai penerbangan ini memberikan nilai yang sama dengan maskapai penerbangan yang lain yakni mengantarkan konsumennya ke tempat yang ingin ia tuju. Dengan memangkas beberapa faktor-faktor yang kurang atau bahkan tidak penting seperti tempat makanan, ruang santai, pilihan kelas tempat duduk, dan konektivitas, Southwest Airlines memberikan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan maskapai penerbangan lain. Lebih detail, dalam buku Tipping Point karangan Malcom Gadwel menjelaskan strategi pengurangan biaya yang dibebankan kepada konsumen ini dengan sebuah kanvas strategi. Dalam kanvas strategi Southwest Airlines ini dijelaskan faktor-faktor yang kurang dan atau tidak penting yang membebani perusahaan dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali sehingga pengeluaran semakin sedikit dan pengurangan biaya kepada konsumen pun tidak begitu menjadi masalah berarti.
Nah setidaknya dua hal tersebut, Ford dan Southwest Airlines bisa menjadi inspirasi bagi kita bahwa yang lebih murah sering menjadi nilai bagi konsumen. Keduanya punya ide yang sama memberikan nilai yang sama dengan pesaingnya namun dengan biaya yang lebih murah dengan strategi yang berbeda. Ford dengan strategi produksi missal sedangkan Southwest Airlines dengan pemangkasan faktor dan atau fitur yang kurang dan atau tidak penting yang senantiasi membebani biaya operasional.
Lebih solutif, juga nilai yang dicari
Pernah mendengar Goliath Casket? Pabrik yang membuat peti mati jumbo alias peti mati berukuran super besar sejak tahun 1985. Memutuskan kekhawatiran berjuta-juta masyarakat Amerika yang saat itu kerap menderita kegemukan yang tidak wajar, sehingga sering risau memikirkan pemakamannya. Davis menjawab tantangan yang ada di Amerika saat itu. Bersama keith, Goliath Casket menghasilkan 400 sampai 500 peti mati super besar setiap minggunya. Yang terbesar adalah berukuran 52 inci. Cukuplah untuk jenazah berbobot 1000 pons. Harganya mulai 2000 sampai 4000 dolar. Permintaan menjadi bertubi-tubi mengalahkan pabrik produksi perlengkapan pemakaman yang biasa lainnya. Goliath Casket mampu melihat kebutuhan pasar dan melakukan diferensiasi yang super menakjubkan dengan super produk yang ditawarkan
Nah, itu hanya tiga dari sekian banyak karakter nilai. Bagaimana dengan bisnis Kamu? Sudahkah Kamu memiliki nilai yang selalu rutin kamu jaga? Jika belum, segera tentukan nilai yang kamu bangun untuk bisnis kamu, agar bisnis kamu menghasilkan hal yang jauh lebih baik dari saat ini

BEKAL PENGUSAHA : BUKAN FASILITAS, TAPI MENTALITAS (PART #1)

Bekal Pengusaha : Bukan Fasilitas, Tapi Mentalitas (Part #1)

BEKAL PENGUSAHA : BUKAN FASILITAS, TAPI MENTALITAS (PART #1)

Rasanya wajar di dunia ini jika selalu ada syarat yang harus kita penuhi untuk kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan. Sederhana saja, seorang pelajar sma kelas tiga yang ingin lulus Ujian Nasional. Dia tidak bisa seketika saja lulus Ujian Nasional tentunya. Dia harus belajar. Setelah belajar, mungkin dia harus kuatkan dengan doa-doa kepada tuhan. Setelah itu, ketika Ujian Nasional diselenggarakan, dia harus datang ke tempat ujian. Sesampainya di tempat ujian, dia harus meminta soal kepada pengawas ujian. Selanjutnya dia harus menjawab soal-soal yang diberikan dan kemudian mengumpulkan jawabannya kepada pengawas ujian. Begitulah setidaknya hal-hal yang pelajar ini harus lakukan untuk bisa lulus Ujian Nasional.
Dengan melakukan hal-hal tersebut, pelajar tersebut juga belum bisa dipastikan bisa lulus Ujian Nasional. Tidak sedikit kita temukan di berita-berita koran, televisi, radio, dan media-media massa lainnya. Siswa yang pintar, mengikuti ujian dengan baik tapi tetap tidak lulus ujian.
Bayangkan jika yang sudah melakukan syarat-syarat nya di atas saja ada kemungkinan tidak lulus, Apalagi yang tidak melakukan salah satu atau banyak hal-hal yang seharusnya ia lakukan untuk lulus. Bayangkan jika pelajar tersebut tidak datang ke kelas. Meskipun dia sudah belajar mati-matian, dia tetap tidak akan bisa lulus jika Dia tidak datang ke tempat ujian dan mengerjakan soal yang sudah disiapkan. Betul kan?
Bayangkan jika yang sudah melakukan syarat-syarat nya di atas saja ada kemungkinan tidak lulus, Apalagi yang tidak melakukan salah satu atau banyak hal-hal yang seharusnya ia lakukan untuk lulus
Bayangkan juga jika pelajar tersebut sudah belajar mati-matian, datang ke tempat ujian. Tapi saat soal dibagikan dia tidak menjawab soal dan langsung mengumpulkan lembar jawaban yang tak dijawab. Dia juga kemungkinan besar tak akan lulus Ujian Nasional. Bayangkan juga ketika dia sudah belajar, datang ke kelas, menjawab soal, tapi kemudian jawabannya tidak dikumpul ke pengawas melainkan dibawa pulang. Tetap juga dia tidak bisa lulus karena pengawas ujian juga tidak bisa menilai apapun dari diri pelajar ini.
Para pembaca website manajemenbisnis.info sekalian, fenomena tersebut juga berlaku dalam bisnis. Fenomena yang menyatakan bahwa selalu ada syarat jika kita ingin jadi pengusaha. Beberapa calon-calon pengusaha yang diuji dengan ketidakadaan modal, ada yang mundur, ada juga yang tetap percaya diri. Beberapa yang lain diuji dengan cobaan yang disebut kegagalan. Apa yang terjadi? ada yang bangkit, ada yang pindah haluan.
Salah satu syarat yang harus kita punya yang menjadi topik kita kali ini adalah mental. Syarat penting untuk bekal melewati syarat-syarat lainnya. Mentalitas seorang pengusaha. Mentalitas dibutuhkan untuk kita agar senantiasa bisa melewati berbagai syarat untuk kita bisa menjadi seorang pengusaha sejati dan sukses. Ada kisah yang cukup inspiratif dari seorang wanita yang pernah menjadi wanita terkaya di dunia. JK Rowling.
Anda kenal dengan JK Rowling? Kalau Anda termasuk maniak Harry Potterseharusnya Anda tahu banyak tentang beliau. Beliau sang penulis karya fenomenal tersebut. Beberapa sumber mengatakan bahwa buku Harry Potter sudah terjual lebih dari 400 juta kopi di seluruh dunia di awal tahun 2010 lalu. Bahkan, salah satu bukunya, Harry Potter and the Deathly Hallows, telah terjual 44 juta kopi hanya dalam waktu 6 bulan. Lima belas juta pertama terjual pada 24 jam pertama. Tidak hanya itu, ia menjadi salah satu orang terkaya di dunia lewat Harry Potter yang naskah awalnya disusun lewat mesin tuanya ini. Ia mengantongi 3 juta poundsterling (sekitar 50,77 Miliar rupaih) per pekan atau 5 poundsterling (sekitar 84 ribu rupiah) per detiknya.
Mirisnya, untuk membayar biaya foto kopi pun ia tidak punya. Ia terpaksa mengetik ulang naskah yang sama dengan mesin tik tuanya.
Sunday Times Rich List pada tahun 2008 mengungkapkan kekayaanya mencapai US$ 798 million (sekitar 7,9 triliun rupiah) dan menempatkannya sebagai salah satu wanita terkaya di Inggris dan dunia. Begitulah JK Rowling yang kita kenal saat ini. Tapi tahu JK Rowling di pertengahan tahun 1990-an? Tahu siapa dahulu seorang JK Rowling. Beliau hanyalah seorang yang miskin, yang keluarganya merupakan kategori keluarga yang mendapatkan santunan oleh Pemerintah Inggris. Mirisnya, untuk membayar biaya foto kopi pun ia tidak punya. Ia terpaksa mengetik ulang naskah yang sama dengan mesin tik tuanya. Yah mesin tik tua. Bukan komputer.
Mentalitas yang dia miliki mengalahkan segala keterbatasan fasilitas
JK Rowling mengajarkan banyak hal kepada kita. Salah satunya tentang mentalitas diri yang senantiasa ingin mewujudkan impian dia. Mentalitas yang dia miliki mengalahkan segala keterbatasan fasilitas. Dia mengajarkan kepada kita akan perjuangan meraih mimpi yang tidak boleh pudar. Sebagai seorang pengusaha kita juga harus menunjukkan perjuangan demikian. Fasilitas yang lengkap bukan syarat mendasar untuk menjadi seseorang yang sukses. Karena jika kepunyaan fasilitas menjadi syarat maka mustahil kita mengenal seorang JK Rowling. Sekali lagi, bekal mentalitas harus kita punya agar senantiasa bisa menyelesaikan syarat-syarat menjadi pengusaha sejati dan sukses di masa mendatang.

4 SUMBER PERMODALAN DALAM BISNIS

4 Sumber Permodalan Dalam Bisnis

4 SUMBER PERMODALAN DALAM BISNIS

  1. Pribadi. Jika Anda berasal dari kalangan yang memiliki kecukupan atau tergolong kaya keuangan maka modal bisa berasal dari pribadi. Dalam pengembangan bisnis pun bisa jadi modal ini berasal dari modal pribadi.
  2. Lembaga Keuangan. Modal yang bersumber dari lembaga keuangan mungkin sudah lama kita ketahui. Banyak orang yang mendapatkan modal bisnis dari lembaga keuangan. Lembaga keuangan yang saya maksud seperti Bank, Lembaga Ventura, dan lembaga yang meminjamkan modal bagi para pengusaha lainnya.
  3. Hutang. Dalam beberapa text book yang pernah saya baca, hutang merupakan modal awal dalam berbisnis. Yang terbaik dalam text book itu. Tapi mohon maaf saya punya pandangan, pengalaman, dan analisa lain terhadap modal terbaik dalam berbisnis. Terlepas dari itu semua, sumber modal dari hutang merupakan salah satu alternatif dalam memulai bisnis dan mengembangkan bisnis.
  4. Investasi. Investasi menurut saya merupakan sumber permodalan yang paling aman dalam berbisnis. Tapi ingat, saya punya pengertian sendiri untuk istilahInvestasi yang saya maksud. Hilangkan berbagai penjelasan investasi yang Anda pernah dapatkan. Saya punya pengertian sendiri dan saat ini dan selanjutnya ketika Anda membaca, memikirkan, dan melaksanakan sajian ini fokuslah pada pengertian investasi yang saya maksud.  Investasi yang saya maksud adalah investasi antara seseorang personal maupun komunal yang disebut investor atau kumpulan investor dengan pengusaha. Investor atau kumpulan investor ini akan diuntungkan jika bisnis Anda untung dan akan ikut berbagi kerugian jika bisnis Anda tertimpa kerugian. Inilah yang saya maksud. Investor pun di bagi lagi menjadi setidaknya empat sumber yakni keluarga,temanprofesional investor, dan fourth investor
 “Investor atau kumpulan investor ini akan diuntungkan jika bisnis Anda untung dan akan ikut berbagi kerugian jika bisnis Anda tertimpa kerugian.”
Empat sumber ini bisa Anda kembangkan sendiri sebagai sumber dari setiap bisnis Anda. Kalau Anda yang sudah berbisnis, dari mana modal Anda? Mari berbagi inspirasi dengan yang lain